Apapun yang kita tinggalkan di internet disebut dengan jejak digital. Jejak digital ini memiliki pengaruh pada kehidupan kita di masa depan, seperti dalam hal melamar pekerjaan atau mencari beasiswa. Sebab di era digital, sifat dan perilaku orang di media sosial merepresentasikan dirinya di dunia nyata.
Postingan, foto, video, dan hal lainnya yang kita unggah di internet bersifat permanen. Oleh karena itu, kita lebih disarankan mengunggah hal-hal positif di ruang digital. Jejak digital ini pun berkaitan dengan data pribadi apabila kita tanpa sadar memberikan data-data kecil kita di ruang digital seperti nama dan tanggal lahir.
“Bahayanya bisa terjadi phising sebagai upaya mendapatkan informasi data seseorang dengan teknik pengelabuan,” ujar Muh Nurfajar Muharom anggota Relawan TIK Indonesia dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Cimahi, Jawa Barat, Rabu (24/11/2021).
Data-data yang menjadi sasaran phishing ialah data pribadi, data akun, dan data finansial. Ia menyampaikan, di internet kebocoran data pribadi dapat menyebabkan ancaman dan teror kepada korbannya. Selain itu, data yang bocor berpotensi membuat korban mengalami pelecehan dan penghinaan secara online.
Banyak hal bisa menjadi penyebab dari kebocoran data pribadi. Faktor dari luar seperti serangan siber. Kemudian, tidak menutup kemungkinan terjadinya kebocoran data pribadi dari human eror atau penggunanya lalai dalam menjaga data pribadi, kegagalan sistem, serta rendahnya awareness.
Sebagai pencegahannya, kita tidak boleh menyebarkan data pribadi di ruang digital dan jangan sembarangan menggunakan Wi-Fi publik.
“Hal yang perlu kita lakukan itu mengidentifikasi aset digital yang dimiliki, seperti akun media sosial, marketplace, email, pesan, transportasi online,” paparnya.
Setelah mengidentifikasi, langkah selanjutnya ialah memproteksi aset-aset digital tersebut. Gunakan password, OTP, PIN, serta keamanan ganda menggunakan 2 factor authentication. Deteksi insiden terkait keamanan digital untuk memastikan apakah data kita pernah bocor atau tidak.
Kita harus ingat bahwa tidak ada sistem yang 100 persen aman di dunia digital. Jadi kita harus lebih waspada dalam menjaga data dan berselancar di dunia digital.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Michael Sjukrie (Padi Course Director), Siti Sadiah Yuningsih (Kepala Seksi Pelayanan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Provinsi Jawa Barat), Arif Subakty (Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Provinsi Jawa Barat), dan Isnaini Ahmad sebagai Key Opinion Leader.