Media digital saat ini sangat banyak sekali konten negatif, sebagai pengguna digital kita wajib melawan banjirnya konten-konten itu agar kita tidak terkena dampaknya. Pepen Ruspendi, guru SMPN 1 Sukaraja menjelaskan, cara melawan dari banjir konten negatif itu dengan kita mulai membedakan motivasi dalam mencari informasi.
Kita harus fokus pada tujuan awal dari kita berada di media digital ini untuk tujuan tertentu. Kemudian pengguna digital juga harus mampu mengendalikan keinginan dalam mengakses informasi. Termasuk mengendalikan jangan sampai terburu-buru dalam membagikan informasi.
Sebab jika kita tergesa-gesa, tidak akan ada manfaatnya dalam hal apapun tindakan tergesa-gesa itu tidak baik apalagi dalam soal membagikan Informasi yang tidak kita verifikasi terlebih dahulu. Di dalam melawan banjir yang konten negatif ini adalah kita harus menjalani Informasi apa saja yang bermanfaat.
“Sebagai seorang guru yang banyak berkaitan dengan komunitas siswa, tentunya saya akan mencari informasi-informasi yang sekiranya akan memberikan inspirasi bagi anak didik. Kami juga mencari informasi untuk memberi motivasi bagi para murid membuka wawasan baru bagi mereka. Sehingga mereka akan mendapatkan informasi yang bermanfaat. Bukan mendapatkan informasi yang kurang baik. Setelah kami mendapat informasi itu, kami akan membagikan kepada siswa,” jelasnya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (24/11/2021).
Begitu juga para siswa ketika mereka melakukan komunikasi dengan sama mereka-mereka harus membagikan informasi yang bermanfaat paling tidak untuk aktivitas belajar mereka. Hal itu yang selalu diingatkan oleh para guru demi melawan konten negatif.
Dalam menjaga atau melawan konten negatif Kita juga berusaha untuk tidak mengakses informasi yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Yang kita tahu informasi saat ini yang berkembang luas yang masuk dalam diri kita itu bisa bersifat bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain. untuk diri sendiri apakah konten yang kita buat adalah sesuai dengan jati diri kita sebagai seorang muslim atau jati diri kita sebagai warga negara Indonesia.
Sehingga kita akan terjaga dari hal-hal yang merusak orang lain. Kita akan melihat kepantasan, sebelum kita mem-posting sesuatu kita harus melihat, apakah kita pantas saat mengupload konten tersebut. Begitu juga kepada orang lain jangan sampai kita melakukan satu hal yang merugikan orang lain.
Karena cara kita menggunakan teknologi itu bisa mempengaruhi nasib kita bahkan orang lain. Bukan hanya itu namun juga bisa mempengaruhi budaya dan dari lingkungannya. Teknologi ini bisa memuliakan seseorang dan juga bisa membawa petaka bagi seorang itu. Dalam bermedia digital itu yang pertama adalah bagaimana kita dapat menghargai diri sendiri, jaga kepentingan diri sendiri di dunia digital sehingga kita akan bijak mengekspos diri kita di dunia digital.
“Kita akan jauh lebih menghargai diri kita sehingga tidak akan dengan mudahnya membagikan data pribadi maupun hal yang bersifat bersifat sensitif mengenai diri kita. Jangan sampai akibat terlalu bebas kita malah tidak menghargai kita dengan memposting berbagai hal sehingga di luar batas,” jelasnya.
Berikutnya kita harus memberi penghargaan kepada orang lain. Caranya dengan menghormati setiap pendapat dari orang lain meskipun berbeda dengan kita. Berikutnya kita harus sadar bahwa masyarakat yang sehat tidak hanya dipengaruhi oleh dunia sosial di kehidupan nyata tetapi kehidupan digital.
Bagaimana bisa saling berdiskusi saling berbagi pendapat dan bekerjasama dengan orang-orang dari berbagai macam latar belakang di dunia digital. Selain itu bentuk penghargaan kepada orang lain adalah dengan cara kita menghargai privasi mereka tidak mengumbar atau membagikan hal-hal tanpa seizin mereka.
Jika kita bisa menghargai diri sendiri dan orang lain di dunia digital kita akan dapat menjadi masyarakat yang sehat dunia digital dan dunia nyata.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Ismail Tajiri (Ketua RTIK Kabupaten Sukabumi), Tuahta Hasiholan (Instruktur Edukasi4ID), Fadhlan Fadhilah (Pendamping Guru Penggerak Kemendikbud), dan Ida Rhynjsburger sebagai Key Opinion Leader.