Perjalanan bisnis Ega Nur Akbar Malik, seorang pemuda asal Tasikmalaya, dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Terlahir dalam keluarga yang sederhana, Ega melihat bagaimana ayahnya, seorang penjual donat keliling, bekerja keras setiap hari untuk menghidupi keluarga. Terinspirasi oleh ketekunan sang ayah, Ega memutuskan untuk mengikuti jejaknya, namun dengan pendekatan yang lebih modern.
Pada tahun 2017, Ega mendirikan usaha donat dengan nama “Donat si Bungsu.” Usaha ini dimulai dari skala kecil dengan menggunakan resep warisan keluarganya. Ega memulai perjalanannya dengan berjualan secara langsung di pasar dan pinggiran kota, sambil terus mempelajari cara memperbaiki kualitas produknya. Awal usahanya tidak selalu mulus; Ega sering menghadapi penolakan dari pelanggan yang kurang tertarik dengan donat buatannya.
Namun, Ega tidak menyerah begitu saja. Dia terus mencoba berbagai cara untuk meningkatkan rasa dan tekstur donatnya, bahkan bereksperimen dengan berbagai bahan dan metode pengolahan. Setelah melalui banyak percobaan, Ega akhirnya menemukan resep donat yang pas dan mulai menerima lebih banyak respon positif dari para pelanggan.
Menyadari pentingnya pemasaran dalam bisnis, Ega memanfaatkan media sosial untuk memperluas jangkauan pasar. Dia membuat akun Instagram dan Facebook untuk Donat si Bungsu, mengunggah foto-foto donat yang menarik, dan memberikan penawaran spesial kepada pengikutnya. Ega juga rajin mengikuti bazar dan acara komunitas untuk memperkenalkan produknya secara langsung kepada masyarakat.
Dengan tekad dan inovasi yang tiada henti, Donat si Bungsu mulai dikenal luas dan berhasil menarik perhatian pelanggan dari berbagai kalangan. Pada tahun pertama, bisnisnya mulai berkembang pesat. Ega mampu membuka tiga cabang di sekitar Tasikmalaya. Strategi pemasaran digital yang dia terapkan juga berhasil meningkatkan penjualan harian hingga mencapai 2.000 potong donat.
Tidak hanya puas dengan pencapaian itu, Ega terus mencari cara untuk memperluas bisnisnya. Dia mulai membuka cabang di beberapa kota lain di Jawa Barat. Dalam waktu singkat, Donat si Bungsu memiliki 11 cabang yang tersebar di berbagai kota, dengan jumlah karyawan yang terus bertambah. Omzet bulanan Ega meningkat drastis, mencapai antara Rp200 juta hingga Rp230 juta.
Kesuksesan ini tidak membuat Ega cepat berpuas diri. Dia terus memperhatikan umpan balik dari pelanggan dan rutin mengadakan inovasi produk, seperti menambahkan varian rasa baru dan memperbaiki kemasan agar lebih menarik. Selain itu, Ega juga fokus meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan dengan memberikan pelatihan kepada karyawan dan memperkenalkan sistem pembelian online untuk memudahkan transaksi.
Ega memahami pentingnya menjaga kualitas produk dan pelayanan yang konsisten untuk mempertahankan kepercayaan pelanggan. Dia pun mulai menjalin kerja sama dengan berbagai pemasok bahan baku berkualitas dan mempekerjakan ahli pastry untuk memastikan bahwa setiap donat yang diproduksi tetap enak dan segar.
Di tengah kesibukannya mengembangkan bisnis, Ega juga terlibat aktif dalam kegiatan sosial. Dia mendonasikan sebagian dari keuntungan usahanya untuk mendukung pendidikan anak-anak kurang mampu di Tasikmalaya. Langkah ini tidak hanya meningkatkan citra positif bisnisnya, tetapi juga memberi makna lebih dalam pada perjuangan usahanya.
Kini, Donat si Bungsu telah menjadi salah satu brand donat lokal yang terkenal di Tasikmalaya dan sekitarnya. Kesuksesan Ega menunjukkan bahwa dengan kegigihan, kreativitas, dan adaptasi terhadap perubahan zaman, siapapun dapat mencapai keberhasilan meski bermula dari usaha kecil.
Perjalanan Ega dari penjual donat keliling menjadi pemilik jaringan usaha donat yang sukses adalah bukti nyata bahwa semangat pantang menyerah dan inovasi bisa mengubah keterbatasan menjadi peluang besar. Ega mengajarkan bahwa kesuksesan bukan hanya tentang kerja keras, tetapi juga tentang bagaimana memanfaatkan kesempatan dan belajar dari setiap tantangan yang dihadapi.
Kisah Ega adalah inspirasi bagi para pebisnis muda yang ingin memulai usaha dari nol. Kesuksesannya menunjukkan bahwa tidak ada mimpi yang terlalu besar jika diiringi dengan tekad yang kuat dan usaha yang terus-menerus.