Pemerintah Indonesia dan Dewan Kerja Sama untuk Negara Arab di Teluk (GCC) telah menyelesaikan perundingan pertama Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia–GCC (I-GCC FTA) di Jakarta. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Perundingan Bilateral, Johni Martha, sementara pihak GCC diwakili oleh Raja Munahi Al-Marzoqi.
Johni menegaskan pentingnya GCC sebagai mitra strategis bagi Indonesia dalam meningkatkan ekspor. “Dengan kerja sama ini, kita membuka peluang penetrasi produk ke kawasan Teluk dan juga ke Timur Tengah, Afrika, dan Eropa,” ujarnya.
Perundingan ini mencakup berbagai sektor, termasuk perdagangan barang, jasa, investasi, hingga ekonomi Islam. Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan pembahasan melalui pertemuan virtual pada Oktober 2024, sebelum putaran kedua yang dijadwalkan pada November 2024 di Riyadh, Arab Saudi.
Pada 2023, total perdagangan antara Indonesia dan GCC mencapai USD 15,7 miliar. Komoditas ekspor utama Indonesia ke GCC meliputi kendaraan bermotor, minyak kelapa sawit, dan perhiasan, sementara impor dari GCC didominasi oleh produk besi, baja, dan polimer.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, juga menekankan pentingnya kerjasama yang lebih konkret dengan negara-negara Teluk. “Kerjasama ekonomi, perdagangan, dan investasi kedua negara harus lebih dimaksimalkan agar memberikan manfaat nyata,” tegas Airlangga.