Sebanyak 175,4 juta masyarakat Indonesia telah menggunakan internet dan sebanyak 160 juta sudah menggunakan media sosial, di antara 59% aktif di media sosial. International Conference of Mental Health, Neuroscience and Cyberpsychology (ICOMETHNCP) pada studi yang difokuskan pada pengguna media sosial Instagram, disebutkan bahwa Instagram merupakan media sosial yang paling banyak digunakan manusia.
Ditenggarai perubahan interaksi sosial yang berubah selama pandemi karena meningkatnya aktivitas di ranah online ini membuat pelecehan seksual di dunia maya meningkat.
Oriza Sativa, seorang Psikolog Klinis saat webinar Literasi Digital wilayah Jabar I, Kabupaten Bogor, Jum’at (9/7/2021) mengatakan korban kekerasan seksual di ranah online paling banyak dialami oleh usia 18-29 tahun, sebanyak 25% memang target pelecehan seksual daring dan 66% berasal dari aplikasi sosial media serta situs internet, 22% berasal dari kolom komentar.
Pelecehan ini diketahui tidak berdasarkan jenis pakaian dan gaya berpakaian, jenis kelamin, waktu terjadi, maupun gaya foto tertentu. Pelecehan juga tidak tergantung pada jenis agama atau suku tertentu. “Jika foto atau komentar menarik perhatian dan mengandung konotasi seksual itu yang bisa digaris bawahi telah terjadinya pelecehan seksual,” ujar Oriza.
Lebih jauh dia mengatakan ada 5 jenis pelecehan seksual di dunia digital. Di antaranya komentar tidak pantas, pelecehan visual dengan mengirim gambar atau video, gif, meme tak pantas ke akun pribadi, termasuk peecehan verbal berupa mengirim kalikat tak pantas, doxing atau menyebarkan informasi pribadi seringkali berupa screenshoot berupa kalimat mesra, dan akun palsu untuk melecehkan dan menipu.
Semua bentuk pelecehan seksual ini memiliki dampak bagi korbannya, seperti menimbulkan kecemasan, depresi, kehilangan konsep diri, gangguan tidur, hingga trauma. “Ada citra diri yang melekat terus-menerus dan susah untuk dihilangkan. Ciri pribadi seperti apa? Tidak empati, tidak senonoh, kurang ajar, penebar kebencian dan lainnya. Hati-hati apakah kita akan hidup dengan citra diri seperti itu?” tuturnya.
Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat I merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Monica Eveline, Digital Strategic Diana Bakery, Iman Darmawan, seorang Fasilitator Public Speaking, dan Boyke Nurhidayat dari RTIK Bogor.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital, untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.