Pemerintah Indonesia berkomitmen dan mendukung penuh kehadiran perusahaan teknologi keuangan atau financial technology ( fintech) di Indonesia dan e commerce. Bahkan pemerintah sudah memanfaatkan kehadiran mereka untuk lebih banyak edukasi sekaligus pembinaan kepada masyarakat di bidang entrepreneuship. Sinergi ini diperlukan untuk lebih memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat Indonesia.
Ragam ini inovasi terus dilahirkan oleh berbagai perusahaan rintisan (start up) di bidang fintech. Tapi semuanya sebagian besar lebih mengarh pada dua jenis fintech. Fintech payment (pembayaran) dan lending (pinjaman) adalah dua jenis fintech yang aktifitasnya paling menonjol di Indonesia.
Diakui oleh pemerintah, bahwa kedua jenis fintech sudah memberikan solusi yang positif bagi masyarakat Indonesia. Pemanfaatan fintech sudah dirasakan oleh masyarakat baik secara pribadi maupun secara berjamaah atau komunitas.
Deputi Akses Permodalan di Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Fadjar Hutomo mengakui bahwa startup teknologi telah menghasilkan multiplier effect pada banyak Usaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Mereka memberi solusi bagi kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan ekonomi sehari-hari, semisal nelayan, petani, dan lain-lain, memberi peluang terciptanya lapangan kerja baru.
“Bekraf menargetkan startup bisa menyerap 12.000 tenaga kerja. Dan kami ingin mendorong ekonomi kreatif, atau inovasi ekonomi, yang intinya ada nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan,” ungkap Fadjar hutomo kepada Infobisnis di dalam forum diskusi TechexChange yang digelar Finmas di Jakarta, Jumat (13/9).
Hingga kini tercatat jumlah UKM di Indonesia ada sekitar 60 juta, atau setara 20 persen penduduk. Tapi tantangannya dari jumlah tersebut sebagian besar yang sebagai pedagang saja. Karena itu diperlukan inovasi khuus supaya mereka mau menjadi pembuat produk.. “Banyak traders-nya bukan makers. E-conmerce pun misalnya, akan lebih berdampak kalau yang diperdagangkan barang kita,” kata Fadjar .
Kehadiran forum diskusi TechXchange sendiri diharapkan bisa meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai industri startup teknologi/digital ataupun fintek dan manfaatnya bisa dirasakan untuk perekonomian Indonesia.
Selain Fadjar Hutomo, TecheXChange kali ini menghadirkan juga Riya Farwati, Kasubdit Bidang Pengembangan Kewirausahaan dan keterampilan Usaha Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Tommy Wiyono, Co-Founder Pintek. Juga turut mengundang panelis dari startup social enterprise di antaranya ARUNA dan Kitabisa.com.
Kasubdit bidang Pengembangan Kewirausahaan dan Ketrampilan Usaha Badan Perencanaan Pembangunan Nasion, Riya Farwati menambahkan pemerintah mencanangkan program Indonesia Emas 2045, yang artinya akan menjadi ekonomi terbesar keempat dunia pada 2045 mendatang. Peranan fintek dan startup sangat penting di sini.
“Ada apa di tahun 2045? Indonesia mengalami bonus demografi di tahun 2035. Dan berdasarkan pengalaman negara Jepang, Korea, dan China itu puncak kejayaan mereka sangat relevan dengan puncak bonus demografi. Dan kalau dilihat mereka hari ini kekurangan pemuda, usia produktif. Itulah fenomena di negara maju, ketika sudah makmur enggan menikah. China pun mulai mengencourage warganya untuk punya dua anak,” kata dia.