Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai margin bunga bersih (net interest margin/NIM) perbankan yang tinggi menahan laju kredit dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Keuntungan perbankan melalui NIM itu terlalu tinggi, ada yang sampai 4-5 persen, di negara lain paling tinggi dua persen. NIM tinggi otomatis suku bunga kredit juga tinggi,” ujar Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad usai acara “Dialog 100 Ekonom Bersama Wakil Presiden RI” di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, tingginya NIM di perbankan nasional akan berdampak kepada dunia usaha yang relatif masih mengandalkan bank sebagai salah satu sumber pendanaan.
“Harusnya pemerintah melakukan koordinasi dengan perbankan, terutama BUMN untuk dapat melakukan penurunan suku bunga kredit setelah Bank Indonesia mengumumkan penurunan suku bunga (BI 7Day Reverse Repo Rate),” katanya.
Ia mengharapkan bank BUMN dapat lebih berperan aktif dalam menggerakkan ekonomi nasional, salah satunya melalui pemberian kredit rendah.
“Jangan sampai bank-bank BUMN dikejar dividen, tetapi lupa terhadap misi dalam menggerakkan ekonomi,” ucapnya.
Epung